Aliran Perenialisme dalam Pendidikan
Topik Pengajaran guru dalam perenialisme
Perenialisme
percaya bahwa seseorang harus megajarkan hal-hal yang dianggap menjadi
kemanfaatan abadi bagi semua orang di mana-mana. Mereka percaya bahwa topik
yang paling penting adalah mengembangkan seseorang. Karena detail fakta berubah
terus-menerus, ini tidak dapat menjadi yang paling penting. Oleh karena itu,
seseorang harus mengajarkan prinsip prinsip bukan fakta. Karena orang adalah
manusia, kita harus mengajarkan pertama tentang manusia, bukan mesin atau
teknik. Jika semuaya demikian, seorang harus mengajarkan topik liberal, bukan
topik-topik vokasiona (Ahmadi, 2014: 100-101).
Oleh
karena itu tugas pendidikan itu adalah mengajar, tugas guru termasuk mengajar pengetahuan yang mana pengetahuan
itu tentang kebenaran. Kebenaran itu sendiri dimana-mana sama, sedemikian
rupa menjadikan pendidikan itu dimana pun mestilah sama, sedangkan anak didik sebagai individu dipandang oleh
kelompok ini adalah sebagai makhluk rasional dan spiritual. Secara implisit
tentunya juga anak didik adalah makhluk moral dan etik (Amril M., 2005: 26-27).
Pendidikan menurut aliran ini bukanlah semacam imitasi kehidupan, tetapi tidak
lain adalah suatu upaya mempersiapkan kehidupan. Sekolah menurut kelompok ini
tidak akan pernah dapat menjadi situasi kehidupan yang ril. Anak dalam hal ini
menyusun rancangan dimana ia belajar
dengan prestasi-prestasi warisan budaya
masa lalu. Tugasnya kemudian adalah
bagaimana merealisasikan nilai nilai yang diwariskan kepadanya dan jika
memunginkan meningkatkan dan menambah prestasi-prestasi itu melalui usaha
sendiri (Muhmidayeli, 2005: 180).
Kurikulum pendidikan dalam aliran
perenialisme
Dalam aliran perenialisme ini, kurikulum
pendidikan yang harus dipelajari atau yang terfokus dalam kurikulum adalah
tentang subject atau mata pelajaran yang sulit dipahami oleh murid. Dan
mempunyai intelegensi yang tinggi untuk dapat mengembangkan kemampuan para
murid. Jadi, siswa ditekankan pertumbuhan intelektualnya untuk menjadi pelajar
secara cultural dengan mempelajari sains dan seni. Misalnya : Para siswa
dihadapkan dengan mata pelajaran sains dan seni yang memang mata pelajaran
tersebut bisa meningkatkan kreatifitas dan langsung terjun lapang
mempraktekannya. Karena bidang sains dan seni merupakan karya terbaik yang di
ciptakan oleh manusia.
Komentar
Posting Komentar